您现在的位置是:quickq安卓怎么下载安装 > 时尚

Terjebak Romantisme 'Workaholic' Buruh Kantoran

quickq安卓怎么下载安装2025-05-22 04:26:36【时尚】9人已围观

简介Jakarta, CNN Indonesia-- Bagi beberapa orang, definisi bekerjabisa jadi hanya mencari uang untuk mem quickq会员怎么买

Jakarta,quickq会员怎么买 CNN Indonesia--

Bagi beberapa orang, definisi bekerjabisa jadi hanya mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tapi, ada juga yang menjadikan pekerjaan sebagai 'nyawa' hidup, hingga menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk bekerja.

Terjebak Romantisme 'Workaholic' Buruh Kantoran

Tengok saja Andi (37). Ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja.

Di usianya yang hampir menginjak kepala empat, Andi belum menikah dan tak punya pacar. Hampir 24/7 waktunya dihabiskan untuk bekerja. 'No life', kalau kata orang bilang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pilihan Redaksi
  • Cara Menghilangkan Stres buat Si Penggila Kerja
  • 5 Tanda Jadi 'Budak' Kerja
  • Burnout, 'Wabah' Dunia 'Kerja dari Rumah'

Andi juga jarang menghabiskan waktu berkumpul dengan teman-temannya. Alasannya, hampir semua temannya sudah berkeluarga. Alih-alih merana tak punya teman, ia lebih pilih fokus dengan pekerjaan.

Pasangan? Jangan ditanya. Sudah hampir tujuh tahun Andi menjomlo.

Cuti? Ah, apalagi itu. Cuti yang dimiliki kadang hangus saking tak pernah dipakai. Andi bingung harus mengambil cuti untuk apa.

Liburan? Menghabiskan waktu dengan keluarga? Tak terpikirkan di kepala Andi. Toh, ia masih tinggal di rumah orang tua.

"Pacar enggak punya, keluarga ketemu tiap hari. Liburan? Belum kepikiran, sih. Makanya jarang ambil cuti. Ya, lebih banyak kerja saja sehari-hari," kata Andi.

Ilustrasi rapat kerjaIlustrasi. Tak sedikit orang yang menghabiskan waktunya untuk bekerja. (iStock/jacoblund)

Lagi pula, Andi takut jika harus mengambil libur atau cuti terlalu lama. Ia takut pekerjaannya terbengkalai, seolah-olah kantor akan bangkrut jika dirinya tidak ada.

Tapi, Andi tak keberatan meski memberikan seluruh hidupnya untuk bekerja. Rasanya bahkan nyaman-nyaman saja.

Andi tentu tak sendiri. Di luar sana, banyak orang yang terjebak dalam 'romantisme workaholic' seperti yang dialami Andi. Aku hidup untuk bekerja, kira-kira begitu lah.

Psikolog klinis dari Ohana Space dan Tabula Arnold Lukito mengatakan, terjebak dalam pola kerja berlebihan sebenarnya bukan hal yang aneh. Ada banyak orang yang mengalaminya hingga mengabaikan aspek lain dalam hidup mereka.

Kasusnya mungkin dialami Andi yang meromantisasi pekerjaannya sehingga merasa takut jika tak ada dirinya, kegiatan perusahaan tidak akan berjalan dengan baik.

"Kalau dibiarkan ini justru berdampak negatif pada kesehatan mental, fisik, bahkan hubungan mereka dengan orang lain," kata Arnold.

Lihat Juga :
Quiet Quitting: Apa Salahnya Kerja Sesuai Argo dan Pulang Tenggo?

Buruh dan embel-embel workaholism

Andi boleh jadi gambaran yang dialami hampir banyak buruh atau pekerja di Indonesia.

Berdasarkan catatan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) RI, ada sekitar 140 juta pekerja di Indonesia per tahun 2023. Angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun.

Memang, tak semua dari ratusan juga pekerja itu menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja. Tapi, tetap saja workaholismyang terjadi karena terlalu meromantisasi pekerjaan adalah nyata.

Tak ada salahnya merefleksikan cara kerja masing-masing di momen Hari Buruh yang diperingati saban 1 Mei ini.

Ilustrasi ketiduran saat bekerjaIlustrasi. Menjadi seorang workaholic akan berdampak negatif terhadap kesehatan mental. (iStock/Satoshi-K)

Andi sendiri terlihat menunjukkan gejala workaholism. Nama terakhir, lanjut Arnold, merupakan kondisi kecanduan kerja yang tidak sehat.

"Workaholismdapat menyebabkan stres, kecemasan, depresi,burnout, hingga masalah kesehatan fisik," katanya.

Orang seperti Andi, lanjut Arnold, harus sadar bahwa hidup bukan cuma soal kerja. Harus punya batasan, tahu kapan harus bekerja dan tahu kapan waktu untuk diri sendiri.

Menurut Arnold, tak ada solusi yang cocok untuk semua pekerja yang mengalami ini. Kuncinya adalah menemukan keselarasan antara bekerja dan kehidupan yang sesuai dengan kebutuhan dan situasi masing-masing.

"Jika merasa kesulitan untuk mencapainya, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional," kata dia.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya..

Orang-orang mungkin berpikir bahwa dalam bekerja itu harus balance atau seimbang. Dari sini lah, istilah work life balance muncul. 

Padahal, dalam urusan hidup dan bekerja, work life balance tidak selalu bisa diterapkan. Justru, kata Arnold, yang harus diterapkan saat ini adalah pola pikir work life harmony

"Work life harmony adalah keselarasan, sedangkan work life balance itu keseimbangan. Keduanya mirip, tapi berbeda," kata dia. 

Dalam work life balance, orang berpikir antara bekerja dan kehidupan biasa harus seimbang. Namun, kondisi yang seimbang ini sering kali sulit betul untuk dicapai.

Dalam konsep work life balance, pekerjaan juga sering dianggap sebagai beban yang melelahkan. Sementara hidup menjadi bagian yang membahagiakan.

Lihat Juga :
5 Tips Hilangkan Budaya Hustle Culture, Penyakit Hati Kaum Pekerja

Padahal, kerja dan hidup tidak harus dilihat sebagai dua hal yang bertolak belakang, baik atau buruk. 

"Kita bisa tetap bahagia ketika bekerja, dan juga tetap bisa bekerja tanpa harus mengorbankan kehidupan pribadi. Makanya perlu keselarasan, bukan keseimbangan" katanya

Work life harmony, kata Arnold, mengakui bahwa kebutuhan setiap orang bisa berubah-ubah. Terkadang, pekerjaan membutuhkan perhatian lebih. Namun, di lain waktu, ada kehidupan pribadi yang perlu diprioritaskan juga.

Pekerjaan yang kita sukai bisa memberikan energi dan kepuasan, yang dapat terbawa ke kehidupan pribadi. Begitu juga sebaliknya, kehidupan pribadi yang bahagia bisa membuat kita lebih produktif di tempat kerja.

"Makanya, menyelaraskan antara kehidupan dan pekerjaan bisa membantu kita menyesuaikan situasi tanpa rasa bersalah kepada salah satunya," kata dia.

Lihat Juga :
Mengenal 'Hustle Culture', Gila Kerja yang Berujung Burnout

Konsep ini berlaku bagi semua pekerja, apa pun tingkatannya. Baik itu mereka yang bekerja di pabrik, maupun pekerja kantoran berlevel manajer.

"Buruh pabrik atau manager di perusahaan besar tetap saja buruh. Keduanya tetap penting untuk memiliki waktu istirahat dan bersantai yang cukup," kata dia. 

Konsep work life harmony mengakui bahwa karier dan kehidupan pribadi bisa saling mendukung dan menciptakan kehidupan yang lebih utuh.

Semua pekerja tentu membutuhkan keselarasan. Karena sejatinya, bekerja dan kehidupan pribadi harus berjalan berbarengan hingga menemukan keselarasan.

很赞哦!(8)